Misteri Kampung Torkokon & Dadaian (Palandeyen) Ukiran Mahkota Naga Putri Kembar

Misteri Kampung Torkokon

Misteri Kampung Torkokon Dan Ukiran Mahkota Naga Kembar

Torkokon adalah Kampung yang penuh misteri dan unik, antara angker dan sakral hingga Kepala Desa/klebun pun dari dulu selalu yang terpilih dari orang yang hidup di lingkungan torkokon, konon hanya satu kali Desa Mano'an klebun dari luar torkokon yaitu kepala desa pertama.

Menurut para orang tua, dulu kampung sekitar torkokon semua di sebut kampung torkokon bahkan bhuju' rasse pun di sebut bhuju' torkokon.

dahulu kala di Kampung Torkokon Dikenal oleh masarakat sebagai tempat para orang-orang yang memiliki karomah dan kesaktian diantaranya Bhuju' Rasse.

Sehingga kampung torkokon ini lebih dikenal dan lebih membekas sebutannya keluar Desa Mano'an meskipun kampung ini Bagian dari Dusun Kayu Abu yang dulunya belum terbentuk sebuah dusun. Jadi tidak heran tentang kampung torkokon yang kecil ini, Karena di dalamnya ada cerita unik dan sakral yang tidak bisa terlupakan di masarakat karena di kampung ini pernah tinggal Bhuju' Rasse dan Keluarganya.

Menurut cerita orang tua dan kepercayan masyarakat kampung torkokon dan sekitarnya, Bhuju' Rasse dan  beberapa keturunannya tinggal di kampung ini. Bekas kediamannya Bujuk Rasse tersisa sebuah langgar tua yang di dalamnya ada semacam dadaian (palandeyen bahasa madura) dari kayu ukir bentuk mahkota naga kembar.

Bekas-bekas 2 tanah pekarangan rumah berjejer yang selatan rumah yang pernah didiami Bhuju' Rasse kemudian dilanjutkan oleh putrinya Nyai Rodiyeh Bersama saudaranya Kh Iskhaq dan yang sebelah utara pernah di tinggalin oleh cucunya yaitu Bhuju' Sennih anak dari Nyai Rodiyeh.

Sementara tanah-tanah sekitar torkokon seperti yang sekarang terkenal dengan nama Belantas, Karang, Pandiyen, Talageh Bahkan 1 Dusun Kayuabu semua di miliki oleh anak keturunan Bhuju' Rasse semunya.

Ini menjadi bukti kuat bahwa memang Bhuju' Rasse dulunya tinggal di torkokon yang sekarang sisa langgarnya dan ini menjadi cerita berkelanjutan dari buyut hingga saat ini.

Uniknya Dadaian (Palandeyen) Ukiran Mahkota Naga Putri Kembar Peninggalan Bhuju' Rasse

Ukiran

Di langgar torkokon ini masih tersimpan beberapa benda peninggalan Bujuk Rasse diantaranya dadaian (palandeyen) unik dan kuno indah dipandang, bentuk ukiran mahkota sepasang putri naga.

Menurut kepercayaan masyarakat, putri naga sepasang bermahkota merupakan simbol keharmonisan cinta bujuk rasse pada kedua istrinya.

Dulu, peninggalan Bujuk Rasse tersebut pernah didatangi oleh alm. Bpk Nursiman dari Tlokoh dan kolektor Barang antik dari Pamekasan untuk meneliti benda unik tersebut.

Dugaan masyarakat besar kemungkinan benda tersebut mau di jual dan ketika dadaian di foto yang waktu itu masih jaman Tustel bukan kamera hp, seketika tustel itu meledak, pulanglah mereka dan esoknya kembali lagi datang dan ingin mengambil gambarnya pakai kamera baru.

Namun kejadian terulang lagi kamera meledak, hingga hari ketiga berturut-turut.

Akhirnya mereka sadar diri bahwa itu milik Bujuk Rasse dan pulanglah orang-orang tersebut dengan perasaan merasa bersalah.

Cerita ini fakta karena setelah hari ketiga Bpk. Nursiman singgah di rumah alm. Bpk Rasu'din/Pak Siham dan menceritakan semuanya.

Kampung torkokon adalah tempat Bujuk Rasse sekaligus untuk tempat Berkholwatnya beliau.

Nur/Cahaya Dari Makam Bhuju' Rasse Ke Langgar Torkokon

Torkokon memeliki banyak misteri diantaranya adalah tiap malam Jum'at tertentu ada sebuah Nur / cahaya muncul dari maqbaroh Bujuk Rasse melintas di udara dan terbang perlahan menuju langgar tua torkokon.

Kejadian semacam itu sering disaksikan banyak masyarakat dan anggapan orang awam dulu, itu Bujuk Rasse lagi pulang menjenguk tempat kholwatnya.

ada juga cerita masyarakat mengenai cahaya sinar yang mendarat di rumah salah satu calon kepala desa.

Kejadian semacam itu Diyakini pembawa kemenangan dan pertanda dia akan jadi kepala desa.

Begitu pula kejadian langka dan unik bertepatan dengan rumah peninggalan bujuk rasse di torkokon kebakaran, Al-Qur'an Bujuk Rasse hilang tak satupun ada yang tau kemana.

Setelah dicari kemana-mana ternyata Al-Quran tersebut ada di atas pohon yang orang-orang madura menyebutnya dengan kajuh kolpoh.

Terbaru Lebih lama

Artikel Menarik Lainnya

Posting Komentar